Jumat, 05 April 2013

2 Komet dengan cahaya paling terang lintasi bumi di 2013 ini



2 Komet dengan cahaya paling terang lintasi bumi di 2013 ini
Menurut perkiraan dan analisa para pakar, setidaknya ada 2 komet yang akan melintasi bumi di tahun 2013 ini.

Dalam analisanya, para astronom mengatakan bahwa 2 komet tersebut ada kemungkinan dapat dilihat dengan mata telanjang karena cahayanya yang sangat terang.

Seperti dilansir Latino Post (13/01), salah satu komet yang dinamakan Pan-STARRS (C/2011 L4) kemungkinan akan menampakkan dirinya pada bulan Januari dan Februari, namun komet ini kembali muncul dan keluarkan cahaya paling terangnya sekitar bulan Maret mendatang.

Hal tersebut dikarenakan pada bulan Maret, jalur lintas Pan-STARRS sangat dekat dengan bumi. Komet yang pertama kali ditemukan pada tanggal 06 Juni 2011 lalu tersebut dipercaya berasal dari Oort Cloud atau awan komet berbentuk spherik yang berjarak sekitar 1 tahun cahaya dari matahari.

Apabila komet Pan-STARRS akan menghiasi langit di bulan Maret, maka satu komet lagi yang dinamakan ISON (C/2012 S1) akan menampakkan diri di akhir tahun 2013 ini.
Komet yang ditemukan pada tanggal 21 September 2012 oleh Vitali Nevski (Belarusia) dan Artyom Novichonok (Rusia) ini diperkirakan akan nampak di belahan bumi Utara. Komet ISON juga dipercaya berasal dari Oort Cloud.

Walaupun keduanya memiliki jarak lintas yang lumayan dekat dengan bumi, namun para astronom mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena 2 komet tersebut tidak akan membawa dampak negatif apalagi sampai menabrak bumi.
[das]

sumber : http://www.merdeka.com

Misteri Planet Mati di Ujung Tata Surya Terkuak



Planet Makemake dibandingkan Bumi dan planet lainnya
Sebuah planet kerdil ditemukan tujuh tahun lalu di dekat ujung Tata Surya. Baru-baru ini, peneliti mengungkapkan hasil studi mereka bahwa planet tersebut mati, membeku, tanpa atmosfer.

Planet sebesar 2/3 planet Pluto itu diberi nama dewa Polinesia, Makemake. Hasil studi itu juga menyebutkan bahwa planet mati ini merupakan salah satu dari lima dunia yang mengorbit di tata surya kita dan terindentifikasi sebagai planet kerdil.

Tapi, lokasi Makemake tidak sejauh Eris, planet kerdil terbesar. Dia berada di Sabuk Kuiper--daerah yang penuh dengan obyek-obyek beku--sekitar 4 miliar mil dari Matahari. Dia melengkapkan orbit setiap 310 tahun sekali atau lebih.

Para peneliti dalam Tim ESO juga menyimpulkan bahwa Makemake memiliki bentuk yang bulat seperti bola tapi tidak sempurna, seperti Bumi.

Peneliti pun kemudian mengombinasikan data dari teleskop di Chile dan Amerika Selatan seiring planet ini melintasi angkasa raya.  Jose Ortiz, dari Institut Astrofisika Andalusia mengatakan," Saat Makemake lewat di depan sebuah bintang dan memblok (cahaya), bintang menghilang, tapi kemudian muncul tiba-tiba. Cahayanya tidak muncul secara bertahap." Menurutnya, hal ini  membuktikan bahwa planet ini tidak punya atmosfer.

Meski begitu, dia memperkirakan Makemake punya peluang untuk membentuk atmosfer di kemudian hari. Dia menambahkan bahwa penemuan Makemake ini merupakan langkah besar manusia dalam mempelajari kelompok planet kerdil dan membeku. "Betapa kita perlu belajar banyak mengenai planet misterius itu."

Makemake awalnya dikenal dengan nama 2005 FY9 dan ditemukan Maret 2005. Nama resmi Makemake baru disematkan pada Juli 2008.

Planet-planet kerdil secara resmi diakui oleh International Astronomical Union (IAU) pada tahun 2006 setelah perdebatan tentang definisi sebuah planet.

IAU memutuskan untuk menurunkan Pluto menjadi planet kerdil. Artinya, secara resmi Tata Surya sekarang memiliki delapan planet 'biasa', yaitu: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

Tiga lainnya adalah planet kerdil Ceres, Haumea, dan Eris. (Dailymail)

sumber : http://teknologi.news.viva.co.id/

Tata Surya



Gambaran umum Tata Surya (Ukuran planet digambarkan sesuai skala, sedangkan jaraknya tidak): Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Ceres, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, Haumea, Makemake dan Eris.
Tata Surya[a] adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi[b], dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.
Berdasarkan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).
Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.

11 Tata Surya Baru Ditemukan




Ilustrasi tata surya dan planet hasil temuan terbaru Kepler

CALIFORNIA, KOMPAS.com — Sejumlah 11 tata surya baru yang memiliki jumlah total 26 planet ditemukan. Penemuan dideskripsikan di empat karya tulis berbeda di Astrophysical Journal dan Monthly Notice of the Royal Astronomical Society bulan ini.

Penemuan bisa dilakukan berkat jasa wahana antariksa Kepler. Dengan penemuan ini, Kepler telah mengonfirmasi 61 planet dan menemukan 2.300 kandidat planet. Penemuan sekaligus menegaskan bahwa Bimasakti dipadati tata surya dan planet.

Tata surya yang berhasil ditemukan disebut Kepler 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, dan 33. Tiap-tiap tata surya punya dua sampai lima planet. Jarak planet dengan bintang di tiap tata surya relatif dekat dengan waktu orbit berkisar dari 6-143 hari.

Lima tata surya (Kepler 25, 27, 30, 31, dan 33) punya dua planet. Satu kali revolusi planet terluar sama dengan dua kali revolusi planet terdalam. Empat tata surya lain (Kepler 23, 24, 28, 32) punya dua planet. Planet terluar mengorbit bintang dengan waktu tiga kali lebih lama dari planet terdalam.

Tata surya yang memiliki planet terbanyak adalah Kepler 33. Bintang pada tata surya ini lebih tua dan masif dibandingkan Matahari serta memiliki planet yang jarak orbitnya relatif dekat.

Ukuran planet yang terdapat di 11 tata surya tersebut bervariasi, antara seukuran Bumi hingga lebih besar dari Jupiter. Namun, masih harus diteliti lagi apakah planet tersebut merupakan planet batuan seperti Bumi dan memiliki atmosfer.

Tata surya dan planet ditemukan dengan metode planet transit, yakni melihat kedipan cahaya bintang akibat adanya planet yang lewat di mukanya. Verifikasi planet dilakukan dengan teknik variasi waktu transit.

Sejumlah peneliti yang terlibat penemuan ini adalah Eric Ford dari Universitas Florida, Dan Fabrycky dari Universitas California, Jason Steffen dari Fermilab Center for Particle Astrophysics, dan Jack Lissauer dari NASA.
Sumber :

Sistem Tata Surya Dengan Matahari Kembar Ditemukan

Oleh Charles Q. Choi | SPACE.com

Para astronom untuk pertama kalinya menemukan dua planet asing yang mengelilingi dua bintang: sebuah sistem tata surya yang lengkap dengan matahari kembar seperti dunia fiksi Luke Skywalker, Tatooine.



Kebanyakan bintang seperti Matahari tidaklah tunggal, namun ada sepasang yang mengorbit satu sama lain. Para ilmuwan menemukan planet-planet dalam sistem biner tersebut, yang disebut circumbinary (planet yang mengelilingi dua bintang) dengan dua matahari seperti Tatooine di “Star Wars.”

Untuk menemukan lebih banyak planet circumbinary, astronom menganalisa data dari teleskop ruang angkasa Kepler milik NASA, yang telah mendeteksi lebih dari 2.300 planet asing potensial sejak Maret 2009. Kepler sampai saat ini sudah mendeteksi empat sistem tata surya dengan planet circumbinary — Kepler-16, 34, 35 dan 38.

Para ilmuwan sekarang telah mengumumkan deteksi sistem Kepler-47, sistem tata surya pertama yang terlihat dengan planet yang mengelilingi sepasang bintang. Bintang dan planetnya, yang disebut Kepler-47b dan Kepler-47c, berada pada jarak sekitar 5.000 tahun cahaya, di konstelasi Cygnus, sang Angsa.

"Kepler-47 menunjukkan kepada kita bahwa bintang biner dapat memiliki sistem planet yang berkumpul, seperti yang kita lihat pada bintang tunggal," ujar pemimpin penelitian Jerome Orosz di San Diego State University kepada SPACE.com. "Sebagian besar bintang-bintang di galaksi itu biner atau dalam sistem berganda yang lebih banyak lagi, sehingga fakta bahwa sistem planet tersebut dapat muncul dalam sistem jenis itu sangat penting. Jika kita hanya membatasi mencari planet di sekitar bintang tunggal, kita akan melewatkan sebagian besar bintang di galaksi."

Menemukan sistem tata surya "Tatooine"
Planet-planet tersebut terlalu jauh untuk dilihat dengan mata telanjang. Sebaliknya, keduanya ditemukan karena keredupan cahaya bintang mereka ketika melintasi, atau transit, di depan bintang itu.

Peredupan itu kecil, hanya 0,08 persen untuk planet Kepler-47b dan 0,2 persen untuk planet Kepler-47C. Sebagai perbandingan, Venus menghalangi sekitar 0,1 persen permukaan matahari saat transitnya baru-baru ini. Data dari Kepler memungkinkan peneliti untuk menyimpulkan ukuran relatif dari obyek dan orbitnya. Mereka juga mengandalkan pengamatan lebih lanjut yang dilakukan oleh teleskop di Observatorium McDonald di West Texas.



Salah satu dari bintang tersebut mirip dengan matahari kita, dan yang lainnya berukuran sepertiga lebih kecil dan 175 kali lebih redup. Planet dalam berukuran 3 kali diameter Bumi, sedangkan planet luarnya berukuran 4,6 kali diameter Bumi — planet yang lebih kecil adalah planet circumbinary terkecil yang pernah terlihat.

Planet dalamnya selesai memutari orbit setiap 49,5 hari, sedangkan yang luar membutuhkan waktu 303,2 hari, membuatnya menjadi orbit terbesar untuk transit planet di luar sistem tata surya yang pernah diketahui. Bintang-bintang itu sendiri berputar mengelilingi satu sama lain setiap 7,5 hari.

Para ilmuwan menerbitkan temuan mereka secara online pada 28 Agustus di jurnal “Science”. Mereka juga akan mengungkapkan hasil detail pada 29 Agustus di General Assembly of the International Astronomical Union di Beijing.

Planet di zona layak huni?
Menariknya, planet terluar berada di zona layak huni sistem tersebut, dengan planet berbatu seperti Bumi yang berada di suhu yang tepat untuk memiliki air cair di permukaannya.

"Kami telah mengetahui bahwa planet circumbinary bisa seperti planet-planet di sistem tata surya kita, tapi dengan dua matahari," kata salah satu penulis studi Joshua Carter di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics.

Meskipun planet luar mungkin adalah sebuah gas raksasa yang sedikit lebih besar daripada Uranus dan oleh karena itu tidak cocok untuk kehidupan, temuan tersebut menunjukkan bahwa planet circumbinary dapat dan memang ada di zona layak huni.

"Hal yang saya anggap paling menarik adalah potensi untuk dapat ditinggali dalam sistem circumbinary tersebut," kata penulis studi William Welsh di San Diego State University. "Kepler-47C tidak mungkin dapat memiliki kehidupan, tetapi jika planet itu memiliki bulan yang besar, maka planet itu akan menjadi dunia yang sangat menarik."

Cuaca aneh di planet Tatooine

Planet circumbinary mungkin mengalami perubahan iklim yang ekstrem.

Di Bumi, matahari adalah sumber cahaya yang relatif stabil, dengan energi matahari yang kita terima (insolation) hanya bervariasi sebesar 0,1 persen atau lebih. "Akibatnya, kita tidak perlu khawatir tentang apa yang matahari lakukan, setidaknya dalam skala waktu beberapa tahun hingga beberapa dekade," kata Orosz. "Untuk sebuah planet dalam sebuah sistem biner, mungkin terdapat perubahan dalam insolation sebesar beberapa persen dalam skala waktu beberapa hari hingga beberapa pekan. Selain itu, jika sumbu rotasi planet miring, maka itu juga akan berpengaruh. Oleh karena itu musim sangat cepat berubah dan rumit."

"Juga, katakanlah demi tujuan diskusi kalau periode rotasi planet itu adalah 24 jam, seperti Bumi," tambahnya. "Karena Anda memiliki dua matahari, bukan satu, Anda dapat melihat siang hari lebih dari 12 jam, tergantung pada posisi bintang-bintang saat matahari terbit atau terbenam."

Selain itu, karena teleskop ruang angkasa Kepler menemukan bahwa semua planet circumbinary memiliki orbit yang berkaitan erat dengan orbit yang dimiliki bintang mereka satu sama lain, "Anda akan sering melihat gerhana matahari," kata Orosz. "Dalam kasus Kepler-47, ketika bintang sekunder lewat di depan bintang primer, jumlah total cahaya turun sebesar 15 persen. Hal tersebut akan terjadi setiap 7,5 hari atau lebih."

Sistem tata surya yang lebih eksotis
Penemuan terbaru tersebut menunjukkan bahwa sistem planet dapat terbentuk dan bertahan bahkan dalam lingkungan kacau di sekitar bintang biner.

Para peneliti memperkirakan bahwa planet-planet di Kepler-47 berasal lebih jauh daripada orbit mereka saat ini, di lokasi di mana kondisi untuk pembentukan planet raksasa lebih memungkinkan. Mereka kemudian akhirnya bermigrasi ke dalam karena interaksi dengan cakram gas dan debu yang juga mengelilingi bintang itu.

"Kami rasa planet-planet tersebut dan sebagian besar planet-planet lain terbentuk dari cakram puing-puing yang tersisa dari proses pembentukan bintang," kata Orosz. "Belum jelas bahwa cakram ini bisa bertahan di dekat sebuah bintang biner yang baru terbentuk, mengingat gerakan orbital dari dua bintang. Namun, sekarang tampak bahwa terlepas dari perbedaan-perbedaan kecil dalam jarak orbital, sistem planet di sekitar bintang biner dapat mirip dengan sistem planet di sekitar bintang tunggal. "

Di masa depan, para peneliti ingin mencari planet-planet asing yang lebih kecil di sekitar bintang-bintang biner.

"Kemampuan kami terbatas pada pencarian visual yang sederhana, sehingga kami perlu perangkat lunak yang lebih baik untuk membantu untuk mengotomatiskan proses," kata Orosz. "Kalau ada lebih banyak waktu dan data, saya kira kita dapat menemukan lebih banyak sistem planet circumbinary dalam data Kepler."

sumber : SPACE.com

Ini Dia Planet Paling Aneh



MASSACHUSETS, KOMPAS.com — Banyak planet ekstrasurya ditemukan dan memiliki karakter yang beragam. Beberapa di antaranya punya keanehan, misalnya mengorbit dua matahari. Astronom berhasil meneliti planet 55 Cancri e. Planet itu mengorbit bintang yang jaraknya 40 tahun cahaya dari Bumi, dan ditemukan pada tahun 2004. Ini adalah planet paling aneh.

Penelitian selama beberapa tahun mengungkap bahwa 55 Cancri e masuk kategori super-earth, bermassa 99 kali Bumi. Observasi planet ini dilakukan ketika planet singgah di muka bintang. Diketahui, 55 Cancri e singgah di muka bintangnya tiap 18 jam. Selama ini, astronom menduga bahwa kondisi 55 Cancri e sangat panas dan kejam. Ini karena jarak planet tersebut dan bintangnya sangat dekat, 26 kali lebih dekat jarak Matahari-Merkurius.

Namun, penelitian terbaru menguak bahwa 55 Cancri e tak seperti dugaan. Meski jarak planet dan bintangnya dekat, planet ini memiliki cairan, termasuk air. Cairan di planet ini pun tak seperti yang dibayangkan, bukan berupa samudra seperti di Bumi. Cairan terdapat di dalam, dan merembes keluar lewat batuan.

Adanya cairan ini aneh sebab temperatur permukaan planet ini mencapai 1.000 derajat Celsius. Menurut astronom, kondisi tersebut dimungkinkan karena setiap cairan ada pada kondisi super-kritis, temperaturnya lebih dari titik didihnya (100 derajat untuk air), tetapi tetap berada pada wujud cair. Sebagai hasil dari rembesan air ke permukaan planet, atmosfer planet ini menjadi sangat panas dan beruap. Dan, ini bisa dideteksi dari jarak 40 tahun cahaya.

Penelitian ini dilakukan oleh Brice-Olivier Demory dari Massachusets Institute of Technology dan dipublikasikan di Astronomy and Astrophysics.

Sumber :
DISCOVERY

Adakah Kehidupan di Luar Sistem Tata Surya?



detail berita
Sistem Tata Surya (Foto: Tnterestingtopics)
CALIFORNIA - Banyak objek luar angkasa yang tersebar di sekitar galaksi Bima Sakti, yang merupakan bintang yang mirip dengan matahari. Studi terbaru menemukan bahwa setiap planet yang mengorbit pada bintang-bintang kemungkinan memiliki suhu lebih tinggi serta lebih dinamis ketimbang Bumi.

Dilanisr Scienceblog, Selasa (4/12/2012), ilmuwan mengatakan bahwa area interior dari planet terrestrial (dalam sistem tata surya) ini cenderung lebih hangat ketimbang Bumi. Suhu tersebut 25 persen lebih hangat, yang membuat mereka lebih aktif secara geologi dan lebih mungkin untuk mempertahankan air yang cukup untuk mendukung kehidupan.

Kehidupan tersebut, setidaknya dalam bentuk mikroba atau mikroorganisme. Penelitian yang dilakukan oleh ahli geologi dan astronom di Ohio State University, mencoba untuk mencari kehidupan "alien" (asing) dengan cara yang baru.

Para peneliti ini mempelajari delapan "kembar surya" dari matahari di sistem tata surya, yang merupakan bintang yang sangat dekat dengan matahari dalam ukuran, usia dan komposisi keseluruhan. Penelitian tersebut guna mengukur jumlah elemen radioaktif yang dikandung bintang tersebut.

Bintang-bintang tersebut hadir dari seperangkat data yang terekam oleh spektrometer High Accuracy Radial Velocity Planet Searcher di European Southern Observatory di Chile. Peneliti mencari "kembar surya" tersebut untuk elemen seperti thorium dan uranium.

Kedua elemen tersebut merupakan unsur yang penting untuk lempeng tektonik Bumi. Elemen tersebut juga menghangatkan interior planet Bumi.

Lempeng tektonik ini membantu menjaga air di permukaan Bumi. Selain itu, keberadaan lempeng tektonik juga sebagai indikator planet yang baik untuk habitat makhluk hidup.

"Jika ternyata ditemukan bahwa planet-planet ini lebih hangat ketimbang yang kami pikir sebelumnya, maka kami dapat secara efektif meningkatkan ukuran dari zona layak huni di sekitar bintang-bintang dengan cara mendorong zona layak huni jauh dari bintang induknya," ujar peneliti Cayman Unterborn.

Ia mengatakan, meningkatkan zona layak huni tersebut, maka peneliti dapat mempertimbangan lebih banyak planet-planet yang mendukung kehidupan mikroba. "Dari yang kami ketahui tentang formasi planet, kami tahu bahwa planet di sekitar bintang tersebut mungkin menunjukkan variasi yang sama, yang memiliki implikasi untuk mendukung kehidupan," jelasnya.

sumber : http://ok-galaxyku.blogspot.com

Senja Berwarna Biru di Planet "Alien"




EXETER, KOMPAS.com — Semua orang sudah mengetahui warna senja di Bumi yang merah jingga. Namun, bagaimana dengan senja di sebuah planet alien?

Frederic Pont, ilmuwan dari Universitas Exeter di Inggris, berhasil merekonstruksi warna senja di HD 209458 b, sebuah planet yang mengorbit bintang HD 209458. Rekonstruksi itu dilakukan berdasarkan data dari teleskop antariksa Hubble.
Menurut Pont, Hubble memiliki data karakteristik kimia suatu planet dalam gelombang cahaya yang dapat digunakan secara langsung untuk merekonstruksi warna senja di planet alien.
Berdasarkan hasil rekonstruksi, Pont mengatakan, senja di HD 209458 b atau sering disebut Osiris itu akan berwarna biru. Seperti diuraikan Discovery, Senin (9/1/2012), warna cenderung kebiruan karena atmosfer Osiris kaya akan sodium yang menyerap warna merah dan jingga.

Seiring bintang HD 209458 makin tenggelam, molekul di atmosfer Osiris akan menghamburkan cahaya biru. Penghamburan dikenal dengan penghamburan Rayleigh, jenis penghamburan yang sama sebagai penyebab langit Bumi berwarna biru. Akibat penghamburan, langit senja pun akan "menyala" kebiruan.

Membayangkan melihat senja berwarna biru memang indah. Namun, mungkinkah manusia pergi ke Osiris untuk menyaksikannya?
Sepertinya sulit. Osiris berjarak 150 tahun cahaya dari Bumi. Butuh waktu sangat lama untuk bisa menjangkaunya. Di samping itu, Osiris adalah planet gas raksasa, bagaimana mungkin manusia menginjakkan kaki di sana?
Kesulitan lain, Osiris mengorbit sangat dekat dengan bintangnya. Temperatur planet itu mencapai 1.000 derajat celsius. Suhu ini membuat manusia akan berubah menjadi abu dalam segera.
Belum diketahui kondisi yang memungkinkan bagi senja di Bumi untuk berwarna biru. Namun yang jelas, warna benda langit memang bisa berubah. Contohnya, setelah letusan Krakatau tahun 1883, warna Matahari berubah menjadi lavender dan Bulan menjadi kebiruan. Saat gerhana bulan total pada 10 Desember 2011 kemarin, Bulan juga berwarna kebiruan. (Baca: Gerhana Bulan di Gombong Berwarna Kebiruan serta Bulan Biru dan Matahari Lavender).
Sumber :
DISCOVERY

"Saturnus" Pertama di Luar Tata Surya




Ilustrasi struktur cincin yang ditemukan di sekeliling sebuah objek yang berjarak 420 juta tahun cahaya dari Bumi

TEXAS, KOMPAS.com - Benda angkasa menakjubkan ditemukan lima tahun lalu. Benda itu memiliki cincin sehingga menyerupai planet Saturnus. Ini adalah benda serupa Saturnus pertama di luar Tata Surya.

Penemuan dipresentasikan di ajang American Astronomical Society ke 219 yang berlangsung Rabu (11/1/2012). Ilmuwan menemukannya lewat pengamatan kedipan cahaya bintang yang diakibatkan oleh adanya benda di sekitarnya.

Pengamatan dilakukan dalam proyek SuperWASP (Wide Angle Search for Planets) and All Sky Automated Survey (ASAS). Peneliti mengamati bintang-bintang serupa Matahari di wilayah antara rasi Scorpius-Centaurus.

Penemuan bermula ketika astronom mengetahui adanya bintang bernama 1SWASP J140747.93-394542.6. Bintang itu berusia 1/300 usia Matahari dan berada di jarak 420 tahun cahaya dari Bumi.

Bintang itu terlihat aneh. Ilmuwan menemukan bahwa pada awal tahun 2007, bintang itu mengalami gerhana selama periode 54 hari. Menurut para astronom, ini menunjukkan adanya benda yang mengelilingi bintang itu.

Biasanya, jika ada sebuah objek bulat sederhana seperti planet tanpa cincin, cahaya bintang akan meredup dan terang lagi dalam satu periode singkat. Tapi, ilmuwan menemukan bahwa cahaya bintang meredup dan terang lagi beberapa kali.

Berdasarkan hasil penemuan itu, ilmuwan mengungkapkan bahwa objek yang mengelilingi 1SWASP J140747.93-394542.6 adalah objek yang memiliki struktur cincin.

Eric Mamajek, astronom yang terlibat penelitian, mengatakan bahwa sampai saat ini ada satu struktur cincin tebal dan tiga struktur cincin tipis yang ditemukan. Secara berurutan, masing - masing bernama Rochester, Sutherland, Campanas and Tololo.

Pertanyaannya sekarang, apa benda langit bercincin serupa Saturnus yang ditemukan? Apakah bintang juga, planet atau benda langit lainnya? Belum ada jawaban pasti hingga kini.

Jika benda itu bermassa kurang dari 13 kali Jupiter, maka mungkin benda itu adalah planet serupa Saturnus. Sementara jika massanya 13-75 kali Jupiter, maka benda itu mungkin adalah bintang katai coklat. Dan, jika massanya jauh lebih besar, maka mungkin akan terjadi reaksi inti membentuk bintang.

Ada dugaan pula bahwa ada benda langit di antara struktur cincin. Jika benda inti yang dikelilingi cincin adalah planet, mungkin saja benda yang ada di antara struktur cincin adalah Bulan. Jika benda inti adalah bintang, maka bisa jadi benda yang ada di antara struktur cincin adalah bayi-bayi planet.

"Kita bisa mengimajinasikan struktur cincin di sekeliling bintang seperti yang dilihat di Saturnus. Bagian dalam tata Surya kita mungkin pernah memiliki struktur cincin ini di masa lalu, dalam usia sepuluh miliar tahun pertama," papar Mamajek.

Hasil penemuan Mamajek dan rekannya akan dipublikasikan di Astronomical Journal. Penemuan ini bisa memicu penelitian selanjutnya tentang pembentukan bulan-bulan planet gas raksasa.
Sumber :

Tata Surya Terkecil Ditemukan




Ilustrasi tata surya terkecil, beranggotakan tiga planet yang lebih kecil dari Bumi dan mengorbit bintang katai merah KOI-961.

TEXAS, KOMPAS.com — Astronom menemukan tiga planet melalui penelitian wahana antariksa tanpa awak Kepler milik NASA. Tiga planet tersebut berukuran 0,78, 0,73, dan 0,57 diameter Bumi (12.756 km pada ekuator). Ketiganya mengorbit bintang katai merah bernama KOI-961 yang ukurannya cuma seperenam dari Matahari serta terletak di konstelasi Cygnus, berjarak 1,2 kuadriliun km dari Bumi.

"Ini tata surya terkecil yang kita temukan sejauh ini. Ini seperti antara Jupiter dan bulannya, dibandingkan dengan sistem keplanetan lainnya. Penemuan ini menunjukkan keberagaman sistem keplanetan di galaksi kita," kata John Johnson, pemimpin proyek penelitian dari California Institute of Technology.

Ketiga planet berjarak sangat dekat dengan bintangnya, hanya 0,6-1,5 jarak Bumi dengan Matahari yang rata-rata adalah 150 juta km. Johnson mengatakan, cuma dibutuhkan waktu kurang dari dua hari bagi planet-planet mungil itu untuk mengelilingi bintang KOI-961.

Semua planet yang ditemukan diperkirakan merupakan planet batuan. Namun, kedekatan jarak dengan bintang induknya membuat air dan kehidupan sulit terdapat di ketiga planet itu. Kisaran suhu tiga planet itu diperkirakan antara 447-177 derajat celsius.

Tata surya terkecil beranggotakan tiga planet ini ditemukan dengan metode transit. Astronom mengidentifikasi planet-planet dengan melihat kedipan cahaya bintang KOI-961. Kedipan bintang menandakan adanya planet yang mengelilinginya. Penemuan juga dibantu oleh astronom amatir, Kevin Apps.

Mengutarakan perasaan setelah menemukan tata surya dengan tiga planet ini, Johnson seperti dikutip Space, Rabu (11/1/2012), mengatakan, "Saya tidak bisa mengekspresikan perasaan senang saya ketika menemukan planet seukuran Mars. Sudah sangat sulit menemukan planet seukuran Bumi."

Temuan tata surya terkecil ini mengagumkan sebab planet-planetnya mengelilingi bintang katai merah. Penemuan ini menegaskan bahwa ada banyak tata surya dengan bintang induk berupa katai merah.

"Tata surya seperti ini bisa sangat umum di semesta. Ini sangat mengagumkan bagi para pemburu planet," papar Phil Muirhead dari California Institute of Technology yang juga terlibat penelitian.

Hasil penelitian dipaparkan di pertemuan tahunan American Astronomical Society yang berlangsung di Texas, Rabu kemarin.
Sumber :

Mungkin Ada "Bumi" di Sistem Bintang Ganda




Senja di planet dua bintang Tatooine, seperti dalam film Star Wars

TEXAS, KOMPAS.com — Planet layak huni seperti Bumi mungkin saja terdapat di sebuah sistem tata surya dengan dua bintang (binary system atau bintang ganda). Demikian diungkapkan Billy Quarles, mahasiswa doktoral Universitas Texas di Arlington dalam American Astronomical Society, Senin (9/1/2012).

Quarles menyampaikan kemungkinan tersebut berdasarkan hasil simulasi komputer pada Kepler 16, sistem yang memiliki dua bintang, di mana satu lebih redup serta yang lain lebih terang. Pada sistem tersebut, September 2011 lalu, ditemukan planet gas raksasa seukuran Saturnus bernama Kepler 16b.

Simulasi dimulai dengan menentukan letak zona layak huni pada sistem itu, daerah yang pas, tak terlalu panas maupun dingin, memungkinkan adanya air dan kehidupan. Hasilnya, zona layak huni diperkirakan ada pada jarak 55-106 juta kilometer dari bintang.

Quarles mengatakan, Kepler 16b memang merupakan planet gas raksasa sehingga tak mungkin dihuni. Namun, mungkin saja planet itu memiliki Bulan yang mendukung kehidupan.

"Kita bisa mengatakan bahwa bulan ekstrasurya mungkin berada di dekat Kepler 16b, dan yang penting dari ini adalah mereka bisa dideteksi hingga pada ukuran 0,2 massa Bumi," ungkap Quarles seperti dikutip National Geographic, Senin.

Saat ini, memang belum bisa dibuktikan bahwa ada Bulan di dekat Kepler 16b. Namun, berdasarkan simulasi, Bulan mungkin bisa terbentuk.

Bagaimana bisa? Berdasarkan model, planet yang berada di dekat bintang yang lebih terang telah terlempar dari orbitnya sejak lama. Gravitasi Kepler 16b bisa menarik planet tersebut hingga berada di dekatnya dan bergerak mengelilinginya. Alhasil, planet yang terlempar berubah status, dari bintang jadi Bulan.

Deteksi bulan layak huni bisa dilakukan dengan wahana antariksa Kepler. Caranya, dengan melihat ketidakteraturan dalam orbit Kepler 16b.

Selain hipotesis adanya bulan layak huni, Quarles juga mengatakan bahwa planet layak huni mungkin juga ada di luar zona layak huni.

"Kami memperkirakan bahwa planet ekstrasurya layak huni mungkin saja ada di luar zona layak huni. Ada lebih sedikit cahaya dari bintang yang didapat sehingga planet itu harus mempertahankan panasnya sendiri," papar Quarles seperti dikutip Space, Senin.

Quarles memprediksi, planet itu memiliki atmosfer dengan kadar karbon monoksida dan metana lebih besar.

Hasil simulasi Quarles telah dikirim ke Astrophysical Journal Letters. Meski terdengar mengawang-ngawang atau terlalu science fiction, tapi bukan berarti hal ini tak mungkin.

Jumat, 15 Maret 2013

Nasib Bumi Ketika Galaksi Bimasakti & Andromeda Bertabrakan



Apa yang akan terjadi jika galaksi andromeda dan bimasakti tabrakan? apa pengaruhnya terhadap kehidupan manusia?

Tabrakan antara galaksi Bimasakti dan Andromeda akan terjadi sekitar 4 milyar tahun lagi.  Tapi tabrakan antara 2 buah galaksi tidaklah seperti bayangan kita bahwa tabrakan itu akan menimbulkan kehancuran dan bintang akan kocar kacir.
Ilustrasi tabrakan Galaksi Bima Sakti dan Galaksi ANdromeda. Kredit : NASA
Tabrakan antara dua galaksi justru menghasilkan penggabungan antara keduanya yang membentuk sebuah galaksi ellips. Itulah yang diperkirakan akan terjadi dengan Bimasakti dan Andromeda saat keduanya bertabrakan.
Ketika tabrakan yang kemudian menghasilkan galaksi ellips itu terjadi, bintang-bintang di dalam kedua galaksi itu diperkirakan tidak akan saling bertabrakan. Memang di dalam galaksi Andromeda ada setidaknya 1 trilyun bintang dan di Bimasakti memiliki 300 milyar bintang tapi perlu diingat jarak satu bintang ke bintang lain itu cukup jauh. Contohnya Matahari dan bintang terdekatnya yang berjarak 4.2 tahun cahaya. Dan meskipun di area pusat galaksi, kerapatan bintang cukup tinggi tapi jarak antar bintangnya pun masih jauh sehingga ketika terjadi tabrakan antar galaksi, bintang-bintang di dalamnya tidak akan bertabrakan melainkan keduanya akan menyatu. Berdasarkan simulasi, proses penyatuan ini akan memakan waktu 2 milyar tahun, dan  bintang-bintang akan mengalami perubahan orbit untuk mengitari pusat galaksi yang baru, lubang hitam supermasif kembar yang juga akan menciptakan quasar yang sangat terang. Kedua lubang hitam tersebut diperkirakan akan bergerak spiral menuju satu sama lainnya sampai kemudian bergabung menjadi sebuah lubang hitam supermasif raksasa.
Nah, bagaimana dengan Tata Surya?
Matahari yang menjadi raksasa merah akan mengisi langit seperti yang tampak dari bumi. Gambar ini menunjukan topografi Bumi yang sudah meleleh menjadi lava. Tampak siluet bulan dengan latar raksasa merah.
Simulasi tabrakan antara Andromeda dan Bimasakti tidak saja menunjukkan kalau bintang-bintang tidak akan bertabrakan tapi juga menunjukkan kalau Matahari dan planet-planetnya tidak akan berada dalam bahaya kehancuran. Yang terjadi adalah Matahari dan planet-planetnya akan tersapu menjauhi pusat galaksi 3 kali lebih jauh dari lokasinya sekarang atau sekitar 100000 tahun cahaya dari pusat galaksi.Matahari akan menempati posisi barunya  di area halo terluar galaksi baru gabungan Andromeda-Bimasakti. Di tempat ini Tata Surya akan aman dari si lubang hitam supermasif kembar yang ada di pusat galaksi.
Bagaimana dengan Bumi dan kehidupan di dalamnya? Kalau hanya berdasarkan tabrakan antar galaksi maka Bumi akan aman-aman saja.
Tapi sebelum tabrakan Andromeda – Bimasakti terjadi, Matahari akan memasuki tahap evolusi berikutnya yang menyebabkan Bumi sudah tidak lagi nyaman untuk kehidupan. Artinya pada saat itu, Bumi sudah menjadi planet yang sangat panas yang tidak lagi dapat mempertahankan air dalam wujud cair di permukaannya. Tidak hanya itu, ketika Matahari mengembang menjadi raksasa merah, ada kemungkinan Bumi akan ditelan masuk ke dalam atmosfer Matahari. Pada saat itu Bumi akan mengalami tabrakan dengan partikel-partikel gas. Orbitnya akan menyusut dan ia akan bergerak spiral kedalam. Itulah akhir dari kisah perjalanan Bumi dan kehidupan di dalamnya.



http://ok-galaxyku.blogspot.com

2 Komet dengan cahaya paling terang lintasi bumi di 2013 ini


2 Komet dengan cahaya paling terang lintasi bumi di 2013 ini

Menurut perkiraan dan analisa para pakar, setidaknya ada 2 komet yang akan melintasi bumi di tahun 2013 ini.

Dalam analisanya, para astronom mengatakan bahwa 2 komet tersebut ada kemungkinan dapat dilihat dengan mata telanjang karena cahayanya yang sangat terang.

Seperti dilansir Latino Post (13/01), salah satu komet yang dinamakan Pan-STARRS (C/2011 L4) kemungkinan akan menampakkan dirinya pada bulan Januari dan Februari, namun komet ini kembali muncul dan keluarkan cahaya paling terangnya sekitar bulan Maret mendatang.

Hal tersebut dikarenakan pada bulan Maret, jalur lintas Pan-STARRS sangat dekat dengan bumi. Komet yang pertama kali ditemukan pada tanggal 06 Juni 2011 lalu tersebut dipercaya berasal dari Oort Cloud atau awan komet berbentuk spherik yang berjarak sekitar 1 tahun cahaya dari matahari.

Apabila komet Pan-STARRS akan menghiasi langit di bulan Maret, maka satu komet lagi yang dinamakan ISON (C/2012 S1) akan menampakkan diri di akhir tahun 2013 ini.
Komet yang ditemukan pada tanggal 21 September 2012 oleh Vitali Nevski (Belarusia) dan Artyom Novichonok (Rusia) ini diperkirakan akan nampak di belahan bumi Utara. Komet ISON juga dipercaya berasal dari Oort Cloud.

Walaupun keduanya memiliki jarak lintas yang lumayan dekat dengan bumi, namun para astronom mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena 2 komet tersebut tidak akan membawa dampak negatif apalagi sampai menabrak bumi.
[das]


http://ok-galaxyku.blogspot.com/